Untuk Mencegah Demam Tifoid (Tifus), Kapan Harus Suntik Vaksin Tifoid?

Demam tifoid atau penyakit tifus terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi di dalam tubuh. Dikutip dari CDC, penyakit ini tercatat menyerang sekitar 21 juta orang per tahun di seluruh dunia, dan menyebabkan kematian 200.000 jiwa. Untungnya, penyakit ini dapat dicegah dengan suntik vaksin tifoid. Namun, kapan seseorang harus mendapatkan suntikan vaksin ini?

Kapan seseorang harus suntik vaksin tifoid?

Penyakit tifus terjadi akibat bakteri S. typhi masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Orang yang terinfeksi dan merasakan gejala ringan, bisa mendapatkan pengobatan di rumah (rawat jalan).

Sementara, bila gejalanya cukup parah, pasien harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bila tidak, infeksi bisa menyebar ke sendi, kandung kemih, ginjal, hingga ke otak.

Untuk mencegah demam tifoid, seseorang perlu mendapatkan suntik atau obat vaksin, yakni:

  • Vaksin Ty21a. Vaksin oral dari bakteri tifoid yang masih hidup, namun sangat lemah.
  • Vaksin polisakarida. Vaksin yang terbuat dari gula yang melapisi permukaan bakteri yang diberikan lewat suntikan.

Terdapat beberapa orang yang sangat diwajibkan untuk mendapatkan vaksin ini, di antaranya:

  • Orang yang bekerja di laboratorium dan menangani bakteri S. typhi
  • Bekerja atau bepergian di daerah endemik (penularannya penyakitnya cukup tinggi)
  • Memiliki kontak dekat dengan pasien demam tifoid
  • Tinggal di lingkungan yang air atau tanahnya berisiko terkontaminasi bakteri

Vaksin suntik tifoid jenis polisakarida dapat diberikan pada orang dewasa dan anak di atas usia 2 tahun. Vaksin ini harus diberikan setidaknya 2 minggu sebelum perjalanan ke daerah endemik dilakukan.

Dosis lanjutan diperlukan jika orang tersebut memiliki risiko terinfeksi lagi di kemudian hari. Jangka waktu pemberiannya adalah 2 hingga 3 tahun setelah suntikan pertama. Sementara vaksin tifoid oral bisa diberikan pada anak usia 6 tahun dan orang dewasa.

Seberapa efektif suntik vaksin tifoid?

Menurut Pedoman Pengendalian Tifoid Kemenkes RI, vaksin oral memiliki efektivitas sebesar 36-66% untuk mencegah demam tifoid.

Sementara itu, vaksin tifoid jenis suntik diketahui mampu memberikan perlindungan sebesar 60-70% pada anak di atas 5 tahun dan orang dewasa.

Meski bertujuan untuk mencegah penularan tifus, tetap ada faktor lain yang harus Anda pastikan, salah satunya kebersihan. Untuk itu, pastikan Anda dan keluarga menjaga kebersihan diri dan makanan yang dikonsumsi sekalipun telah menerima vaksin.

Efek samping suntik vaksin tifoid yang mungkin terjadi

Sama seperti obat lainnya, vaksin juga bisa menyebabkan efek samping. Umumnya, efek sampingnya cukup ringan sehingga sebagian besar orang tidak bermasalah untuk menerima vaksin tifoid suntik ataupun oral ini.

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi, meliputi:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Ruam dan bengkak di area kulit yang disuntik. Diperkirakan 1 di antara 15 orang mengalaminya.

Untuk menghindari efek samping yang berbahaya, pastikan bahwa Anda dalam keadaan sehat saat menerima vaksin. Pemberian vaksin bisa saja ditunda jika Anda sedang demam atau mengalami infeksi.

Suntik vaksin tifoid atau oral tidak akan diberikan pada orang-orang yang kemungkinan akan mengalami efek samping parah, seperti:

  • Orang yang memiliki alergi vaksin ini sebelumnya
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan kanker
  • Orang yang menjalani pengobatan tertentu, seperti kemoterapi, radiasi, atau minum obat steroid
  • Anak-anak yang belum mencukupi usia yang disarankan

Sebelum Anda merencanakan suntik vaksin tifoid, konsultasikan lebih dahulu pada dokter. Beri tahu dokter mengenai riwayat kesehatan Anda.

The post Untuk Mencegah Demam Tifoid (Tifus), Kapan Harus Suntik Vaksin Tifoid? appeared first on Hello Sehat.



from Hello Sehat https://ift.tt/2LSUway


tonton juga video ini
Daftar Unik Skandal Sera Amane
Daftar Unik 5 peraturan sekolah

Komentar