Penyebab Kematian Terbesar Pria dan Wanita Paruh Baya Ternyata Beda

Menurut data yang dihimpun Badan Pusat Statistik tahun 2010 sampai 2015, angka harapan hidup di Indonesia mencapai usia 70 tahun. Meski angka tersebut cukup tinggi, tetap ada kemungkinan kematian di usia paruh baya. Penyebab kematian terbesar pada pria dan wanita di usia paruh baya dengan orang lanjut usia (lansia) ternyata berbeda, lho. Pelajari faktanya lebih lanjut di bawah ini.

Berbagai penyebab kematian terbesar di usia paruh baya

Siapa saja yang termasuk paruh baya (middle age)? Orang yang masuk kategori usia paruh baya adalah mereka yang berumur di atas 35 tahun dan di bawah 58 tahun.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institute of Health Metrics and Evaluation in Seattle pada tahun 2015 mengungkap bahwa wanita usia paruh baya lebih berisiko meninggal akibat infeksi serius seperti HIV/ AIDS dan tuberkulosis, diare yang parah, serta penyakit pernapasan.

Masih dalam penelitian yang sama, diketahui bahwa penyebab kematian terbesar pada pria usia paruh baya adalah bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, cedera (kecelakaan), serta kekerasan.

Di Asia Tenggara sendiri, penyebab kematian utama bagi pria dan wanita di usia pertengahan adalah infeksi, cedera, serta penyakit jantung.

Faktor sosial jadi salah satu penyebab banyaknya kasus bunuh diri di negara ekonomi rendah

Di seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan ada 800.000 orang lebih yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Sedangkan ada lebih banyak orang lainnya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Bahkan, para peneliti memperkirakan bahwa dari setiap satu kasus kematian karena bunuh diri pada orang dewasa, ada 20 orang lainnya yang juga mencoba mengakhiri hidupnya.

WHO menambahkan, sebanyak 78 persen kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara yang berpendapatan rendah atau menengah pada tahun 2015. Namun, di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura memang kasus bunuh diri masih marak dijumpai.

Jangan anggap remeh keluhan kesehatan atau gejala apa pun

Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), terbatasnya sistem sanitasi dan akses pelayanan kesehatan membuat wanita lebih rentan mengalami infeksi bakteri atau virus. Karena itu, penyakit yang seharusnya bisa ditangani secara medis mungkin jadi tambah parah hingga bersifat mematikan.

Sedangkan pada pria, terbatasnya akses pelayanan kesehatan jiwa membuat mereka jadi lebih rentan terhadap berbagai jenis gangguan jiwa, contohnya depresi. Kebanyakan pria di negara-negara yang menganut nilai patriarki biasanya menganggap remeh gejala depresi yang patut diwaspadai. Misalnya putus asa dan sedih yang berlarut-larut, perubahan pola makan dan pola tidur, kelalahan, hingga munculnya pikiran untuk mengakhiri hidup. Akibatnya, mereka tidak bisa mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Misalnya obat antidepresan dan terapi psikologis.

Oleh sebab itu, jangan menyepelekan keluhan-keluhan seputar kesehatan Anda. Terutama bagi Anda yang berada di usia paruh baya. Jangan menunggu sampai penyakitnya jadi parah baru periksa ke dokter atau mencari bantuan medis.

Segera setelah Anda menyadari adanya gejala penyakit (baik fisik atau mental), kunjungi Puskesmas atau klinik untuk berkonsultasi. Ini sangat penting untuk mencegah penyakit tambah parah hingga menyebabkan kematian di usia pertengahan.

Tinggalkan pikiran-pikiran seperti, “Saya, kan, masih muda! Tidak mungkin kena penyakit itu,” atau, “Masa laki-laki pergi ke psikolog? Saya ini tangguh, kok!”. Dengan bersikap lebih awas dan terbuka, Anda pun bisa menjauhi risiko kematian di usia paruh baya.

The post Penyebab Kematian Terbesar Pria dan Wanita Paruh Baya Ternyata Beda appeared first on Hello Sehat.



from Hello Sehat http://ift.tt/2yUBhnY


tonton juga video ini
Daftar Unik Skandal Sera Amane
Daftar Unik 5 peraturan sekolah

Komentar