Awas, Ortu Bisa Di-Bully Oleh Anak Sendiri. Seperti Apa Contohnya?

Anda sekeluarga harus pergi ke sebuah acara penting, tapi anak menolak karena masih ingin bermain game di rumah. Akhirnya anak pun menjerit-jerit dan berkata seperti, “Ayah jahat! Ibu jahat! Aku nggak pernah dibolehkan main! Sudah, pergi saja tanpa aku!” Karena sudah lelah, Anda pun menyerah dan membiarkan anak main game lagi padahal sudah waktunya berangkat.

Apakah kejadian semacam ini sering terjadi? Jika ya, bisa jadi Anda adalah tipe orangtua yang di-bully oleh anak sendiri. Ya, bullying bisa terjadi di rumah dan dilakukan oleh putra dan putri Anda.

Simak informasi lengkap soal anak yang suka membully orangtua dan bagaimana cara menghentikan kebiasaan tersebut di bawah ini.

Bagimana cara anak membully orangtua?

Menurut data nasional pemerintah Inggris pada tahun 2012, banyak anak-anak berperilaku ekstrem, hingga melakukan kekerasan baik secara fisik maupun verbal (lewat kata-kata) terhadap orangtua mereka sendiri.

Perilaku bullying ini sebenarnya sangat mudah terlihat. Misalnya ketika anak berteriak-teriak karena permintaannya tidak dituruti, melemparkan barang-barang ke arah Anda, mungkin disertai nada ancaman untuk membuat Anda mengiyakan permintaan mereka, atau saat anak mempermalukan Anda di depan umum dengan kata-kata yang tajam. Pada akhirnya Anda menyerah dan menuruti permintaannya. Hal  itu berarti Anda sedang di-bully oleh anak Anda sendiri.

Sederhananya, setiap situasi yang membuat Anda kehilangan kendali atas perilaku anak dan justru anak yang bisa mengendalikan Anda, itu adalah kondisi anak Anda sedang melakukan tindakan bullying. Begitulah cara anak membully orangtua.

Apa yang mencetuskan anak melakukan bullying pada orang tua?

Menurut Sean Grover, seorang psikoterapis, anak bisa menjadi seorang bully karena faktor lingkungan. Maksudnya, pola asuhan yang Anda terapkan justru yang bisa jadi penyebab anak berperilaku sedemikian rupa. Ada tiga pola asuh yang mungkin memicu anak melakukan bullying pada orangtuanya sendiri.

1. Orangtua yang merasa bersalah (the guilty parent)

Orangtua tipe ini merasa bersalah akibat suatu kesalahan yang pernah dilakukan atau ketidaksempurnaannya sebagai orangtua. Misalnya karena perceraian, suatu penyakit, atau kesulitan finasial.

Untuk mengurangi rasa bersalahnya, mereka memberikan kebebasan yang terlalu besar pada sang anak, cenderung tanpa batas. Kebebasan ini akhirnya malah menjadi senjata makan tuan bagi orangtua.

2. Orangtua yang gampang cemas (the anxious parent)

Orangtua yang gampang cemas di mata anak akan terlihat seolah kurang kompeten atau kurang punya kendali. Karena melihat orangtuanya selalu cemas, anak pun akhirnya “mendesak” orangtua untuk mengambil keputusan dengan cara membully orangtua sendiri.

3. Orangtua yang berusaha memperbaiki segalanya (The fix-everything parent)

Orangtua tipe ini tidak tahan melihat anaknya kesusahan. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan atau kesulitan sang anak.

Memang niatnya baik, tapi ini dapat berakibat buruk. Karena merasa bahwa orangtua akan selalu menyelesaikan masalahnya dan melakukan apa pun untuknya, anak pun memanfaatkan orangtua agar selalu menuruti kehendaknya.  

Lalu, apa yang harus dilakukan jika Anda ada di situasi seperti ini?

1. Memperbaiki pola asuh

Pola asuh yang diberikan oleh tua Anda dulu, mungkin sangat memengaruhi pola asuh yang Anda gunakan saat ini. Kenapa berpengaruh? Karena hal ini mencerminkan nilai-nilai yang Anda pegang seputar pola asuhan anak.

Misalnya kalau orangtua Anda sendiri cenderung otoriter. Anda pun tidak mau menerapkan pola asuh seperti itu pada anak. Akibatnya, Anda malah jadi terlalu lunak pada anak dan anak menjadi “kelewatan”.

Karena itu, sadarilah bahwa setiap pola asuh memang punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Yang terpenting adalah mengetahui batasan-batasan dari setiap pola asuh. Jangan sampai ada yang terlalu berlebihan, baik itu terlalu keras atau terlalu lunak.

2. Bikin peraturan baru di rumah

Tetapkan batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Pada awalnya, mungkin anak akan kaget dan mulai membully orangtua.

Jika begini, Anda tidak boleh menyerah dan jangan balik membully. Justru, berikan pemahaman yang membuat mereka memiliki perasaan dan pikiran lebih baik lagi. Lakukanlah secara berulang kali, agar perlahan-lahan ia paham bahwa orangtua punya aturan yang perlu diikuti.

3. Merawat diri sendiri

Orangtua yang jadi korban bullying oleh anaknya sendiri cenderung merasa putus asa, stres, dan tidak bersemangat. Hati-hati karena situasi ini justru akan membuat kondisi anak tambah parah.

Misalnya karena Anda tidak merawat diri sendiri, anak semakin melihat sosok Anda yang tidak kompeten sebagai orangtua. Ia pun lantas “berperan” sebagai orangtua yang akan mengatur-atur apa yang harus dilakukan dan kapan.

4. Mintalah dukungan dan bantuan

Jika masalah anak yang membully orangtua ini tidak bisa diatasi sendiri, mintalah bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, atau tenaga medis profesional untuk membantu Anda menyelesaikan masalah ini.

Dengan bercerita, Anda mungkin bisa menemukan sesama orangtua yang sebenarnya juga menghadapi masalah yang sama dengan Anda. Dari situ, Anda bisa saling berbagi tips parenting lainnya terkait kondisi keluarga Anda.

5. Habiskan waktu bersama dengan anak

Jika Anda balik mengancam, menghukum, atau terus-terusan mengomel, hal ini tidak akan membantu. Bisa jadi tangisannya justru semakin kencang dan membuat apa pun yang Anda sampaikan tidak didengar anak.

Cobalah habiskan waktu bersama yang menyenangkan dengan anak, bisa pergi ke taman bermain atau taman hiburan, atau pergi jalan-jalan ke tempat yang Anda atau anak Anda sukai. Anda juga bisa melakukan kegiatan yang disukai si kecil. Cara ini bisa membangun hubungan serta komunikasi yang baik antara Anda dan anak.

The post Awas, Ortu Bisa Di-Bully Oleh Anak Sendiri. Seperti Apa Contohnya? appeared first on Hello Sehat.



from Hello Sehat http://ift.tt/2lgKyDy


tonton juga video ini
Daftar Unik Skandal Sera Amane
Daftar Unik 5 peraturan sekolah

Komentar