Hobi Tidur Lama-lama? Awas, Anda Berisiko Kena Demensia (Pikun)

Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 46 juta orang yang menderita demensia, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat sebanyak tiga kali lipat pada tahun 2050. Berdasarkan sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Journal of the American Academy of Neurology, seseorang yang tidur lama, yaitu lebih dari 9 jam sehari, mungkin mengalami tanda awal dari demensia. Bagaimana bisa, ya? Begini penjelasannya.

Apa itu demensia?

Demensia adalah istilah dari kumpulan beberapa gejala yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi di otak. Demensia juga sering disebut sebagai pikun. Gejala demensia meliputi gangguan daya ingat, kesulitan berpikir, kesulitan mengambil keputusan, gangguan berbahasa (sering kehilangan kata-kata), serta perubahan mood dan perilaku yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Demensia bukanlah sebuah penyakit, melainkan serangkaian gejala yang bisa menandakan adanya penyakit. Banyak penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya demensia, seperti penyakit Alzheimer, gangguan peredaran darah (stroke), trauma kepala, penyakit parkinson, dan lain-lain.

Tidur lama terkait dengan risiko demensia yang lebih besar

Sebuah penelitian yang dipimpin oleh dr. Sudha Seshadri, spesialis saraf di Universitas Boston, mengevaluasi data 2.457 laki-laki dan perempuan berusia rata-rata 72 tahun. Peserta penelitian diminta untuk memberikan informasi berupa durasi lamanya tidur malam setiap harinya. Kemudian tim ahli mengamati berapa banyak orang yang terkena demensia dalam periode sepuluh tahun berikutnya.

Secara keseluruhan, mereka yang tidur lebih dari sembilan jam sehari memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami demensia dibandingkan dengan mereka yang tidur selama sembilan jam atau kurang setiap harinya. Mereka juga melaporkan proses berpikir dan penyelesaian tugas yang lebih buruk serta memiliki volume otak yang lebih rendah.

Selain itu, peserta penelitian yang tidur lebih dari sembilan jam sehari dan tidak menyelesaikan pendidikan SMA punya risiko enam kali lebih besar untuk mengalami demensia dibandingkan dengan peserta yang tidur kurang dari sembilan jam. Hasil ini menunjukkan bahwa memiliki pendidikan lebih tinggi juga dapat mengurangi risiko terjadinya demensia.

Pasalnya, tingkat pendidikan seseorang bisa dikaitkan dengan status sosial-ekonomi seseorang. Nah, kesulitan ekonomi bisa membuat seseorang tidak punya akses terhadap informasi serta layanan kesehatan yang memadai. Hal ini akhirnya membuat seseorang lebih rentan terhadap demensia atau pikun.

mana lebih baik dan didahulukan: rutin olahraga atau cukup tidur?

Tidur lama bisa jadi gejala awal demensia, bahkan sebelum Anda jadi mudah lupa

Dr. Rosa Sancho, seorang peneliti penyakit Alzheimer di Inggris, menjelaskan bahwa meskipun perubahan pola tidur merupakan hal yang umum terjadi pada pasien demensia, penelitian ini menambahkan bukti pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perubahan pola tidur, yaitu tidur lama, bisa terlihat jauh terlebih dahulu sebelum gejala mudah lupa mulai muncul.

Gangguan pola tidur bisa muncul akibat penyusutan (atrofi) bagian otak yang berperan untuk mengatur siklus tidur manusia, atau juga dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan mood yang umum terjadi pada pasien demensia.

Perubahan durasi lamanya tidur yang disadari sejak awal berguna untuk membantu memprediksi orang yang berisiko mengalami demensia. Semakin cepat pasien didiagnosis menderita demensia, semakin banyak waktu yang dapat digunakan oleh pasien dan keluarga dalam membuat perencanaan untuk masa depan.

The post Hobi Tidur Lama-lama? Awas, Anda Berisiko Kena Demensia (Pikun) appeared first on Hello Sehat.



from Hello Sehat http://ift.tt/2hrHEuf


tonton juga video ini
Daftar Unik Skandal Sera Amane
Daftar Unik 5 peraturan sekolah

Komentar