Efek Samping Obat TBC yang Perlu Anda Waspadai

Indonesia adalah negara terbesar kedua setelah India dengan kasus tuberkulosis paru (TB paru) terbanyak pada tahun 2016, yaitu mencapai satu juta kasus per tahun. Agar TB bisa sembuh total, Anda harus rutin minum obat antibiotik yang biasanya diresepkan untuk 6 bulan. Lantas, apakah ada efek samping obat TBC yang mungkin muncul jika harus diminum dalam waktu lama?

Kenapa pasien TB harus mengonsumsi obat dalam jangka waktu lama?

Masa penyembuhan TB berbeda-beda pada setiap pasien, hal ini bergantung pada kondisi kesehatan pasien TB serta tingkat keparahan TB yang dialami. Kondisi pasien TB biasanya akan mulai membaik dan TB berhenti menular setelah mengonsumsi obat TBC atau antibiotik selama 2 minggu. Tetapi untuk memastikan kesembuhan total, pasien TB harus menggunakan obat TBC atau antibiotik yang diberikan dokter selama 6 bulan.

Pengobatan TBC biasanya memakan waktu bulanan hingga tahunan karena sifat infeksinya yang mudah menular dan cukup serius. Jika Anda tidak disiplin minum obat, ada peluang besar untuk berbagai efek samping dan komplikasi TB yang mungkin muncul, misalnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik sehingga gejala malah makin parah dan makin sulit untuk diobati. Anda juga lebih mungkin untuk menularkan penyakit Anda ke orang sekitar jika sering lupa minum obat.

Apa saja efek samping obat TBC yang mungkin muncul?

Jenis-jenis antibiotik yang umumnya diresepkan untuk mengatasi TBC adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol — atau kombinasinya yang disebut rifater. Sama seperti semua obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping. Berikut daftar kemungkinan efek samping obat TBC yang mungkin muncul:

  • Mual dan muntah
  • Sakit perut
  • Sensasi perih dan panas pada dada Anda (heartburn)
  • Diare
  • Nyeri otot dan nyeri sendi
  • Sakit kepala
  • Ruam dan gatal
  • Mengantuk
  • Pusing
  • Sensasi berputar-putar
  • Dengung berulang kali di telinga
  • Mati rasa atau kesemutan di kaki

Segera beritahu dokter Anda jika Anda mengalami efek samping obat TBC rifater seperti berikut ini:

  • Nyeri sendi yang disertai bengkak
  • Mata menjadi berwarna kuning
  • Perubahan jumlah urin
  • Rasa haus yang terus meningkat
  • Urin berdarah
  • Perubahan penglihatan
  • Detak jantung yang begitu cepat
  • Mudah memar atau berdarah
  • Mengalami demam dan sakit tenggorokan terus-menerus (tanda infeksi baru)
  • Perubahan suasana hati seperti kebingungan, dan mengalami halusinasi atau delusi yang dilihat atau didengar (psikosis)
  • Kejang

Rifater biasanya akan digunakan selama dua bulan, dosisnya sendiri biasanya disesuaikan dengan berat badan pasien. Obat TBC jenis ini juga memiliki kontraindikasi dengan pil KB, obat diabetes, dan obat untuk tekanan darah tinggi.

Apakah Anda harus menghentikan pengobatan jika mengalami efek samping ini?

Pasien TB bisa merasakan manfaat obat TBC setelah dua minggu pengobatan. Gejala penyakit seperti demam dan batuk akan mulai berkurang, namun hal ini bukan berarti obat TBC dapat dihentikan.

Cukup banyak pasien tuberkulosis yang tidak minum obat lagi karena merasa badannya sudah sehat. Tindakan ini tidak tepat karena jika obat tuberkulosis tak diminum sampai selesai maka penyakit TBC Anda belumlah sembuh meski gejalanya sudah hilang. Gejala itu akan timbul kembali karena kuman tuberkulosisnya masih aktif.

Jadi jangan pernah berhenti mengonsumsi obat TBC meskipun ada efek samping obat. Efek samping ini sangat jarang terjadi dan tidak semua orang mengalaminya. Dokter meresepkan obat untuk Anda karena tahu bahwa manfaatnya akan lebih besar daripada risiko efek sampingnya.

Jika Anda mulai merasakan efek samping seperti yang telah disebutkan di atas, ada baiknya konsultasikan dengan dokter Anda. Biasanya dokter akan mengubah dosis atau obat yang paling sesuai dengan kondisi Anda.

The post Efek Samping Obat TBC yang Perlu Anda Waspadai appeared first on Hello Sehat.



from Hello Sehat http://ift.tt/2xGoogA


tonton juga video ini
Daftar Unik Skandal Sera Amane
Daftar Unik 5 peraturan sekolah

Komentar